MOCO O DHISIK

BLOGGER E WONG NDESO TAPI TEKNOLOGI WIS KUTHO DONOMULYO MALANG SELATAN
BELAJAR NULIS SIKAPI HIDUP YANG BERWARNA-WARNI

Jumat, April 13, 2012

GURU HARUS JUJUR PESERTA DIDIK PASTI SUBUR


Guru  adalah seorang pendidik yang mendidik peserta didik di lingkungan sekolah. Guru bisa diartikan sebagai kosakata dalam bahasa jawa artinya di “gugu dan di tiru”. Maknanya adalah bahwa seorang guru dengan segala perkataan dan perbuatan itu bisa ditiru. Atau bisa  diartikan segala tindak tanduk, sikap perilaku, gaya hidup dilingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat perilaku seorang guru bisa dijadikan contoh langsung bagi peserta didik dan bagi masyarakat sekitar. Dilingkungan sekolah tugas guru mendidik dan mengatur peserta didik dalam hal kegiatan belajar, mengajar, dan perilaku. Guru menyampaikan pelajaran sesuai bidang studi masing-masing agar peserta didik mengerti. Istilah yang dipakai dalam penyampaian materi pelajaran adalah menstransfer ilmu yang dimiliki guru untuk disampaikan kepada peserta didik. Sehingga peserta didik menjadi mengerti dan kemudian mengamalkan ilmu yang telah ditransfer oleh guru. Untuk menjadi mengerti dan kemudian mengamalkan ilmu di masyarakat sekitar peserta didik tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Karena karakter tiap peserta didik tentu sangat berbeda satu dengan yang lain. Ada yang mudah menerima atau pintar, ada yang menengah atau agak pintar, dan ada yang dibawah pintar atau kurang pintar. Semua tingkatan karakter diatas menggambarkan bahwa betapa sulitnya jika seorang guru sedang menyampaikan materi dengan lengkap dan tuntas. Atau bisa dengan bahasa lain penulis katakan seekor ayam yang bertelur dan telur itu dierami oleh induknya maka kadang-kadang dan pasti ada telur yang tidak bisa menetas menjadi anak ayam tetapi ada satu atau dua yang busuk. Itulah gambaran seorang guru dalam mendidik peserta didik menurut tingkatan jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Semua Itu adalah tantangan bagi seorang pendidik atau biasa disebut seorang guru. Apalagi sekarang ini pemerintah melalui DPR memberi apresiasi kepada pendidik terutama guru dan dosen dengan memberikan Tunjangan Sertifikasi. Anggaran Tunjangan Sertifikasi ini dianggarkan melalui APBN, sehingga anggaran untuk pendidikan menjadi naik. Pemberian Tunjangan Sertifikasi ini dimaksudkan agar kinerja dan tanggung jawab sebagai guru lebih bagus dan profesional. Untuk mendapatkan Tunjangan ini guru harus melalui beberapa tahap, ada yang jalur portofolio, jalur diklat, dan jalur langsung mendapat bagi yang sudah berumur lebih 40 tahun denga masa kerja lebih dari 25 tahun. Alasan pemberian Tunjangan Sertifikasi ini oleh Pemerintah dan DPR karena Guru dan Dosen adalah pilar utama dalam pembangunan bangsa. Simple saja jika bangsa ini masyarakatnya pintar maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Ekonomi maju, teknologi berkembang pesat, pembangunan lancar, masyarakat makmur di segala bidang, dan lain sebagainya. Atau bisa dikatakan bahwa Guru dan Dosen itu termasuk tugas yang mulia. Bahkan lagu hymne guru yang diawali dengan cuplikan bait kata, “terpujilah engkau wahai ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku, engkau laksana embun penyejuk, engkaulah patriot bangsa tanpa tanda jasa/ insan cendekia. Sudah jelas kata-kata yang dituliskan dalam hyme guru tersebut. Bahkan mungkin ada yang tidak cocok dengan perilaku dan sikap seorang guru manakala guru berurusan dengan pihak yang berwajib. Terus ada lagi tanpa tanda jasa maksudnya tanpa embel-embel seperti pangkat tingkatan dalam kepolisian atau dalam kemiliteran guru tidak mendapat, akan tetapi dari segi kesejahteraan mengalahkan semua PNS yang ada dilingkungan pemerintah daerah dan pusat. Makanya sekarang bait kata terakhir hymne guru karangan dari Saranto itu diganti dengan “insan cendekia”.
Nah, berkaitan pada paragraf pertama, guru tanpa disuruh pun atau secara otomatis sudah berperan aktif dalam membangun budaya karakter bangsa terutama pada kejujuran akademik. Orang tua mendambakan anaknya yang pintar, jujur, disiplin, berakhlak mulia, suka menolong, toleransi, bekerja keras, dan lain sebagainya. Kalimat di atas adalah tujuan dari orang tua sehingga anaknya disekolahkan ditempat yang bisa membuat anaknya pintar dan cerdas. Memang kepintaran dan kecerdasan tidak harus mencarh di sekolah tetapi dimasyarakat atau lingkungan sekitar juga mempunyai pengaruh yang cukup siginfikan. Jika disekolah sudah tentu peserta didik mendapat arahan dan didikan dari bapak/ibu guru. Sehingga posisi orang tua sewaktu dilingkungan sekolah secara otomatis digantikan oleh bapak/ibu guru. Oleh karena itu bapak/ibu guru, karyawan, staff dilingkungan sekolah merupakan contoh bagi peserta didik. Berikut ungkapan yang masih melekat pada diri kita, bahwa “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”, terasa menggema apabila seorang guru secara sengaja atau tidak sengaja baik itu skala besar atau skala kecil melakukan perbuatan yang  tidak sepatutnya dilakukan. Contoh skala kecil menghardik siswa dengan kata-kata yang keras (jorok) ataupun yang lainnya yang mencerminkan bukan seorang pendidik. Jelas perbuatan itu merugikan seorang guru dan bahkan bisa mencoreng muka institusi sekolah apabila sudah terdengar sampai ketelinga masyarakat. Bahasa entertainmennya adalah gosip atau rasan-rasan ibu-ibu arisan, yang acara d TV menjadi tontonan besar, karena mengalahkan semua kegiatan apabila acara TV itu akan mulai. Itulah efek dari perbuatan kecil yang bisa menjadi besar. Bahkan di media ataupun d TV ada berita seorang guru menampar siswa yang nakal. Orang tua lapor polisi dan itu disebut tindak pidana. Ironis memang seorang guru yang sudah minimal bergelar Sarjana atau D IV melakukan pemukulan hanya karena siswa nakal yang belum tentu tidak bisa di nasehati. Mungkin guru lagi emosi karena banyak masalah pribadi dikeluarga atau di masyarakat. Memang Guru juga seorang manusia. Minimal guru harus bisa mengerem tindakan perbuatan yang tidak menyenangkan. Karena akan mengakibatkan kerugian pada diri seorang guru.    
    Sehubungan dengan tema di atas tulisan pada paragraf pertama penulis menggarisbawahi bahwa untuk mengedepankan budaya kejujuran maka seorang guru harus jujur dahulu dalam hal kegiatan akademiknya. Karena proses belajar mengajar tempatnya yang utama berada di lingkungan sekolah. Budaya kejujuran harus dimiliki oleh seorang guru, karyawan, staff, dan Kepala Sekolah dilingkungan sekolah itu berada. Sehingga peserta didik secara alami akan mengikuti budaya kejujuran yang diajarkan atau tidak diajarkan secara langsung dan tidak langsung oleh guru. Misalkan jika seorang guru menerangkan materi pelajaran maka guru harus jujur dalam menyampaikannya, materi tidak di tambahi dan dikurangi bobotnya sehingga bisa melenceng dari kompetensi dasarnya. Alhasil pun peserta didik akan menjadi manusia yang subur, subur ilmunya, subur perilakunya, subur hidupnxa dan subur rejekinya karena biasanya orang jujur pasti makmur. Jangan diplesetkan menjadi “jujur akan ajur”, itu kalimat bagi orang-orang yang putus asa,  tidak mengedepankan kejujuran dan keadilan. Atau plesetan lain “jujur kacang ijo”, sanggahan para peserta didik pada saat guru menerangkan kejujuran. Karena para peserta didik mengganggap kejujuran adalah hal yang gampang didengarkan tapi tidak gampang dilaksanakan.
Sungguh ironis kejujuran di jaman sekarang, mungkin terlalu canggih teknologinya, atau mungkin seorang guru tidak merasa sulit dalam menyampaikan budaya kejujuran akademik terutama dalam mengerjakan soal.  Apalagi sebentar lagi ada Ujian Nasional Tahun 2012 bagi tingkat SMA/SMK/MA seluruh Indonesia. Sampai-sampai para pejabat di bawah Kementrian Pendidikan Nasional istilahnya dibaiat atau disumpah dalam pelaksanaan Unas Tahun 2012. Mulai dari Diknas Propinsi, Diknas Kabupaten/Kota, UPTD dan para Pengawas Ruang melalui Rayon dan sub Rayon harus menandatangani “Pakta Kejujuran” dalam meyelenggarakan UNAS Tahun 2012. Bahkan peserta UNAS Tahun 2012 di LJK harus ditulisi “Saya mengerjakan Soal ini dengan Jujur” sebelum kolom tanda tangan. Sebegitu galaunya Kantor Menteri Pendidikan Nasional Bapak Prof. Dr. Ir.  M. Nuh, DEA (www.kemdiknas.go.id).  Sehingga mengusulkan adanya “Pakta Kejujuran” dan harus dilaksanakan dijajaran bawah kementrian Pendidikan Nasional. Entah bernuansa politis jika masih ada kecurangan maka Menteri Pendidikan akan di demo dan akhirnya dilengser oleh DPR. Karena Menteri dianggap ujung tombak pelaksanaan UNAS Tahun 2012. Semua itu muncul dipermukaan agar citra pendidikan tidak tercoreng oleh kecurangan-kecurangan di tahun sebelumnya. Sehingga efek jangka panjangnya agar siswa tidak menjadi orang yang tidak jujur atau tidak berakhlak mulia.  Entah itu jadi Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, Hakim, Jaksa, Direktur, Jenderal, pedagang, kontraktor, bahkan Guru, Dosen, Rektor, dan lain sebagianya. Guru tetap menjadi Guru sampai pensiun jika PNS atau sampai akhir hayat jika Guru Tetap Yayasan (GTY). Sehingga perilaku untuk membudayakan kejujuran harus dimulai dari pendidik dilingkungan sekolah. Terutama Guru yang secara langsung bertatap muka minimal 24 jam perminggu. Jika Gurunya jujur maka peserta didik akan subur.          www.smkm6donomulyo.sch.id



Rabu, April 11, 2012

UNAS SMA/SMK 2012 VS PAKTA KEJUJURAN

Unas Lagi.....3 tahun berlalu akhirnya ujian lagi. Tujuannya setelah ujian mendapat ijazah trus bekerja, kuliah. Sekolah di desa rata2 ya untuk bekerja jika lulus. Untuk kuliah masih jauh dari angan2. Jangankan kuliah bayar SPP di sekolah aja masih terlambat. Kalo kuliah bayar nya gak boleh telat, paling dispensasi atau keringanan dalam hal mundur bayarnya......Sekarang UNAS jadi sorotan dikalangan pemerintah entah berbau politis, sensasi, atau pengin aja di omongkan di DPR. Kenapa karena duit nya paling banyak menyedot dana APBN......meskipun pelaksanaannya masih belum 100%. Kalah sama belanja pemerintah untuk membayar gaji PNS...Jawapos kemarin beritanya 11 daerah terncam "KOLAPS"..itulah potret APBD di era otonomi daerah atau resiko jka pejabat daerah tidak bisa membelanjakan atau memanagemen keuangan maka akan kolaps trus dieliminasi.....atau disuntik...dana besar...Padahal dana pendidikan masih kurang lancar, banyak anak putus sekolah, gedung rusak, buku materi kurang memadai dan lain-lain. Aduh masih banyak pikiran yang perlu dipikirkan.....UNas berjalan di tengah banyak masalah. Tiap tahun ya memang seperti ini banyak goncangan. Goncangan paling hebat maslah kejujuran, malah sekarang muncul PAKTA kejujuran, parahkah kejujuran siswa sekarang ini? Sampai-sampai istilah PAKTA dalam konflik biasanya dipakai untuk perdamaian.....sekarang dipakai dalam dunia pendidikan. Tidak asing bagi kita pakta kejujuran memang harus di jalankan segera...karena siswa, guru dari daerah sampai kota sudah memakai cara-cara yang tidak jujur maka muncullah yang namanya PAKTA.....gak papa sih cuma kedengarannya kok lebih ganas......kayak perang aja..ya memang perang dengan UNAS...bahasa indonesia, bahasa inggris, matematika........semoga sukses para siswa SMA/SMK. Amiin..www.donomulyoview.com/smkmuhammadiyah6donomulyo.sch.id/smkm6donomulyo.blogspot.com